Dampak Sampah Plastik Bagi Kesehatan Manusia
Tak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah plastik juga bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan, seperti:
Berbagai senyawa kimia beracun yang berasal dari plastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, makanan, dan minuman yang terkontaminasi limbah plastik.
Limbah plastik ini bisa menghasilkan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker, seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker testis.
Paparan logam berat dan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan kulit dan memicu berbagai gangguan pada tubuh, seperti gangguan saraf, masalah pencernaan, gangguan pernapasan, dan gangguan kelenjar endokrin, misalnya penyakit tiroid.
Selain itu, beberapa zat beracun dari limbah plastik atau olahan sampah plastik juga bisa menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Paparan zat beracun dari limbah plastik juga bisa berbahaya bagi ibu hamil, janin, dan anak-anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan limbah dan zat beracun bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan tumbuh kembang pada janin dan anak-anak
Selain itu, ibu hamil yang terlalu sering terpapar senyawa kimia dari sampah plastik juga berisiko tinggi mengalami keguguran, bayi terlahir prematur, atau penyakit bawaan lahir pada janin.
Selain itu, kontaminasi bahan plastik, seperti phthalates dan bisphenol A, pada alat dan tempat makan serta mainan anak juga perlu diperhatikan, karena bisa beracun dan berisiko memengaruhi tumbuh kembang anak.
Cara Mengurangi Dampak Sampah Plastik
Untuk mencegah dan mengurangi produksi sampah plastik, Anda bisa mencoba menerapkan beberapa tips berikut ini:
Dengan menerapkan berbagai tips di atas, Anda turut berpartisipasi dalam mengurangi dampak sampah plastik, sehingga kelestarian lingkungan dapat terjaga dan Anda pun terhindar dari masalah kesehatan yang dapat terjadi.
Apabila Anda masih memiliki pertanyaan seputar dampak sampah plastik atau mengalami masalah kesehatan tertentu akibat sering terpapar limbah plastik, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.
return generate_breadcrumb();
Indonesiabaik.id - Sampah plastik selalu menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Sifat sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
Untuk pencemaran di laut, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. Penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya.
Jika diolah dengan baik, sampah plastik daur ulang dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.
Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik. Seperti yang dilakukan di Bali, tepatnya Kabupaten Badung, disana dilakukan pengelohan sampah menjadi Bahan Makar Minyak (BBM). Begitu juga kota Surabaya, diluncurkan Suroboyo Bus, untuk tiketnya dapat diperoleh dengan menukarkan sampah plastik.
ARTIKEL DLH, KULON PROGO – Keberadaan sampah plastik harus diakui tidak dapat terhindarkan, hampir di setiap penjuru lingkungan sekitar kita.
Jika dicermati, saat ini berbagai produk plastik terdapat kode-kode tertentu. Kode menyatakan jenis plastik yang membentuk material, sehingga mempermudah untuk mendaur ulang.
Contohnya adalah kode segitiga 3 R dengan angka di tengah-tengahnya. Angka menunjukkan jenis plastiknya dan kadang pula diikuti dengan singkatan, seperti:
PET (Polietilena Tereftalat), pada umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
HDPE (High Densy Polyethylene) atau Polietilena berdensitas tinggi, biasanya terdapat pada botol detergen.
PVC (Polivinil Klorid), biasanya terdapat pada pipa dan furniture lainnya.
LDPE (Low Density Polyethylene) atau Polietilena berdensitas rendah, biasanya terdapat pada bungkus makanan.
PP (Polipropilena), umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
PS (Polistirena), umumnya terdapat pada kotak makanan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.
Semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat, maka akan semakin bertambah pula sampah plastik yang dihasilkan. Wajar jika kemudian menjadi permasalahan lingkungan yang serius.
Perlu diketahui bahwa sampah plastik sangat sulit untuk hancur. Dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut:
Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat duduk, dan sebagainya.
Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.
Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja dari rumah.
Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus kue menggunakan daun pisang.
Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum isi ulang.
Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.
Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi. Semoga berhasil dan terealisir dengan baik. (Prd)
Mengganti cup plastik dengan tumbler pribadi
Hampir di setiap penjuru lingkungan, keberadaan sampah plastik tak bisa dihindari. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.
Bukan rahasia umum lagi bahwa sampah plastik tidak bisa terurai begitu saja. Bahkan, beberapa jenis sampah plastik baru bisa terurai setelah ratusan tahun.
Minimnya kesadaran tentang dampak sampah plastik masih menjadi ironi. Lingkungan air, tanah, dan udara menjadi sasaran utama. Lantas siapa sasaran berikutnya? Tentulah manusia. Berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalamnya bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan bagi manusia.
Kesadaran untuk menghindari penggunaan plastik secara berlebihan menjadi salah satu solusinya. Dimulai dengan memperhatikan penggunaan plastik diri sendiri. Langkah ini sekaligus melestarikan bumi tercinta. Bagaimana caranya?
1. Membawa Kantong Belanja Sendiri Meskipun kantong plastik memang praktis, tapi hal inilah yang membuat sampah pada bumi terus bertumpuk tak terkendali. Membawa kantong belanja sendiri saat belanja atau bepergian adalah cara yang paling mudah untuk berkontribusi mengurangi sampah pribadi.
2. Membawa Botol Minum atau Tumbler Apa yang dibutuhkan ketika haus? Tentu, air minum. Ketika haus jawabannya tidak harus membeli air minum kemasan. Lebih baik menyiapkan air minum dari rumah dengan menggunakan botol minum atau tumbler. Selain bentuk dari peduli terhadap lingkungan, membawa botol minum sendiri juga bisa menghemat uang.
3. Tidak Menggunakan Sedotan Plastik Sedotan plastik memang terlihat remeh. Tapi bayangkan jika ribuan orang yang berfikir seremeh itu?. Tentulah sangat berdampak bagi lingkungan. Sekarang, mulailah mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau kertas yang ramah lingkungan.
4. Hindari Membeli Makanan dan Minuman Kemasan Plastik Usahakan, jangan membeli produk dalam kemasan sachet, tapi belilah produk yang dikemas dalam ukuran besar untuk mengurangi sampah. Jika memungkinkan, pilih produk yang dikemas dalam botol kaca atau daun.
5. Daur Ulang Sampah Plastik Tidak semua plastik bisa didaur ulang. Namun, beberapa barang, seperti botol minuman dan pot tanaman dapat dilakukan proses recycle. Kreasikan sampah plastik menjadi hiasan atau barang lain yang dibutuhkan di rumah.
"Mengurangi Penggunaan Tas Belanja Plastik Sekali Pakai"
Judul atau tagline di atas mengingatkan kita tentang isu lingkungan yang sering kita dengar yaitu sampah, terutama sampah plastik. Penggunaan plastik untuk kebutuhan manusia dari kebutuhan rumah tangga, bangunan, sampai kebutuhan sehari-hari kita tidak lepas dari plastik. Plastik semakin hari semakin tinggi volume penggunaannya yang jika tidak ditangani atau hanya dibiarkan menjadi sampah akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan manusia. Pertumbuhan penduduk, kebutuhan yang meningkat, gaya hidup, upaya pengurangan sampah plastik yang belum maksimal, serta kurangnya kesadaran dari berbagai pihak, masyarakat maupun kurangnya penanganan dari pemerintah dan pemerintah daerah merupakan sebab-sebab permasalahan sampah plastik. Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang memberikan ancaman serius terhadap lingkungan karena selain jumlahnya cenderung semakin besar, kantong plastik adalah jenis sampah yang sulit terurai oleh proses alam (non biodegradable) dan merupakan salah satu pencemar xenobiotik (pencemar yang tidak dikenal oleh sistem biologis di lingkungan mengakibatkan senyawa pencemar terakumulasi di alam). Dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik berupa: jika sampah plastik dibakar secara terbuka (open burning) dapat menyebabkan polusi udara yang dapat menimbulkan penyakit kanker, pada dosis yang lebih besar bisa mengakibatkan sakit kulit yang serius yang disebut ‘chloracne’. Sampah plastik juga dapat mencemari saluran air, irigasi, sungai, danau, pantai dan tanah. Dalam jumlah tertentu, sampah plastik terbukti menyumbat saluran/sungai yg dapat mengakibatkan banjir. Bahkan sampah juga dapat menjadi sebuah bencana, seperti yang terjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat, pada tanggal 21 Februari 2005. Maka setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah. Bencana tersebut merupakan sejarah kelam yang menandai kegagalan sistem pengelolaan sampah yang selama ini dijalankan di Indonesia. Hikmah dibalik bencana yang telah mengubur hidup-hidup 143 jiwa manusia tersebut (data resmi pemerintah) adalah tumbuhnya kesadaran pemerintah dan seluruh komponen masyarakat bahwa persoalan sampah bukan lagi masalah sepele yang dapat dibaikan, namun persoalan besar yang harus dikelola bersama-sama secara serius, sistematis, dan menyeluruh. Sebagai perwujudan rasa kesadaran tersebut, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat untuk menerbitkan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Sampah pada 7 Mei 2008. Spirit utama dari UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah secara revolusioner mengubah pandangan pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi reduce at sources and resources recycle. Dengan pandangan baru tersebut, pengelolaan sampah harus bertumpu pada, pertama, pengurangan dan pengolahan (3R) sampah sejak dari sumbernya, tidak hanya di TPA, karena jika tidak terkelola baik, sampah berpotensi menjadi polutan yang membahayakan lingkungan dan manusia. Kedua, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya atau sumber energi sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan mendatangkan manfaat yang lebih banyak. Total timbulan sampah plastik sebesar 16% dari total timbulan sampah nasional. Trend timbulan sampah plastik di daerah perkotaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pada tahun 2005 dari 11%, menjadi 15% di tahun 2015. Sebanyak 9,85 milyar lembar per tahun dihasilkan dari 90 gerai ritel se Indonesia (Ditjen PSLB3). Data Jambeck et al tahun 2015, menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastik dilaut sebesar 1,29 Juta Ton/Tahun. Salah satu upaya pengurangan sampah di sumber adalah dengan membatasi penggunaan barang dan/atau kemasan yang berpotensi menimbulkan sampah, misalnya membatasi atau menghindari pemakaian kantong plastik pada saat berbelanja. Dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup 2018 dengan tema KENDALIKAN SAMPAH PLASTIK, DITJEN Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam mendukung target Indonesia Bebas Sampah. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah KAMPANYE PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi dan membatasi pemakaian kantong plastik dalam upaya mengurangi timbulan sampah. Dalam kegiatan ini akan dibagikan 2000 tas belanja di 3 lokasi yaitu Pasar Santa, Pasar Jambul dan Pasar Tebet Barat. Stop using Plastic Bag, Reduce Pollution, Stay Healty. #Generasicerdastanpaplastik #bawatasbelanjaitukece
Semua orang mungkin sudah tahu bahwa plastik adalah barang ajaib yang kehadirannya sangat membantu manusia tapi di sisi lain membawa bahaya. Plastik yang berakhir di tumpukan sampah nyatanya tidak betul-betul berakhir, melainkan kisahnya masih berlanjut dan membawa bahaya yang sangat serius. Pecahan plastik berupa mikroplastik menjadi polusi dan mencemari lingkungan yang berdampak pada biodiversitas, krisis iklim, hingga kesehatan manusia.
Kenapa ya plastik sulit diurai hingga jadi polusi yang mencemari lingkungan? Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Ir. Nurul Hidayati Fithriyah, S.T., M.Sc., Ph.D., menjelaskan dua alasan plastik sulit diurai.
Alasan pertama, plastik adalah benda asing bagi mikroorganisme. Untuk mengurai sampah dibutuhkan enzim dari bakteri atau mikroba sebagai mikroorganisme di dalam tanah atau perairan yang berfungsi mempercepat reaksi penguraian dari sampah menjadi senyawa atau unsur dasar yang bisa diserap dan tidak mengganggu fungsi dari tanah atau perairan. Sementara itu plastik adalah jenis bahan polimer sintetik yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada di tanah maupun perairan. Jadi mikroorganisme kesulitan mengurai plastik karena tidak memiliki enzim yang cocok untuk mengurainya. Nurul mengatakan kemungkinan akan terurai tetap ada tapi membutuhkan waktu yang sangat lama.
Alasan kedua, terletak pada bahan sintetik pembentuk plastik yang terkenal dengan nama panggung polimer. Polimer adalah bahan yang strukturnya terdiri dari senyawa-senyawa dengan rantai yang sangat panjang. Polimer berasal dari dua kata yaitu poli berarti banyak dan mer berarti struktur berulang. Struktur berulang yang sangat banyak inilah yang mempersulit penguraian. Wakil Dekan I Fakultas Teknik UMJ ini menyebut panjangnya bisa mencapai ratusan hingga puluhan ribu monomer dalam satu molekul polimer. Itu artinya dalam satu gram bahan plastik ada milyaran bahkan trilyunan monomer.
“Mungkin satu item plastik membutuhkan waktu penguraian di alam ratusan ribu hingga jutaan hari,” ungkap Nurul. Penggunaan plastik sekali pakai memang sangat tidak direkomendasikan. Maka dari itu muncul beragam alternatif untuk mengisi peran plastik misalnya penggunaan material lain yang lebih ramah lingkungan. Inovasi membuat plastik dari bahan alami yang mudah diurai banyak bermunculan yang dikenal dengan nama plastik biodegradable.
Sesuai dengan namanya, plastik ini mudah diurai oleh mikroorganisme karena terbuat dari bahan-bahan alami misalnya selulosa, kolagen, protein, polisakrida dan polimer-polimer alami lainnya. “Maka itu bisa langsung diuraikan oleh mikroorganisme di tanah atau di perairan umumnya jadi karbon dioksida (CO2) dll. sepenuhnya jadi tidak membentuk polutan mikroplastik,” katanya.
Namun, kita juga perlu hati-hati karena tidak semua plastik biodegradable dapat terurai langsung oleh mikroorganisme. Nurul mengatakan plastik biodegradable berpotensi menghasilkan mikroplastik apabila material pembuatnya tidak sepenuhnya berasal dari bahan alami. “Kalau bahannya mengandung polimer sintetik termasuk plastik oxo-biodegradable maka ada potensi terbentuk partikel mikroplastik,” ungkap Nurul.
Sebagai lembaga pendidikan, Fakultas Teknik UMJ yang saat ini memiliki 9 prodi turut menaruh perhatian pada dan berinovasi mengatasi permasalahan polusi plastik. Mahasiswa mengikuti mata kuliah Teknologi Pengolahan Air dan Limbah Industri serta Teknologi Polimer yang mempelajari berbagai macam jenis plastik dan tata cara pengolahan limbahnya, hingga dapat dijadikan obyek tugas akhir penelitian.
Penelitian limbah plastik yang pernah dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Prodi S1 Teknik Kimia yaitu membuat bioplastik dari, atau menambahkan bahan alami ke dalam adonan plastik berupa rumput laut, pati kulit singkong, limbah cair industri tahu, limbah tongkol jagung, biji alpukat, dedak padi, minyak jelantah, kulit kacang tanah, kulit pisang, kitosan dari cangkang hewan laut dsb.. Penelitian tersebut untuk mengukur waktu penguraian (degradasi) limbah plastik oleh mikroba tanah yang berkisar antara 1 hingga 6 bulan. Selain itu terdapat penelitian tentang pengolahan limbah plastik menjadi karbon aktif sebagai adsorben penjerap limbah logam berat.
Di Prodi S2 Teknik Kimia terdapat riset penggunaan lilin lebah sebagai pelapis (coating). Produk riset ini dapat dikembangkan untuk melapisi bahan ramah lingkungan agar kedap air sehingga dapat menggantikan fungsi plastik. Riset lain membuat bioplastik dari limbah air kelapa yang diolah menjadi nata de coco kemudian di olah lanjut menjadi bioplastik. Hasil riset ini dapat dikembangkan dengan penambahan kitosan untuk meningkatkan kekuatan mekaniknya.
Untuk penanggulangan masalah plastik, mahasiswa dan dosen Prodi S1 Teknik Mesin membuat mesin pencacah sampah plastik yang menyiapkan umpan untuk insinerator maupun untuk proses daur ulang. Adapun di Prodi S1 Teknik Elektro telah dibuat sistem sensor pintar bertenaga surya untuk pemilahan sampah organik, anorganik logam, dan anorganik non-logam termasuk plastik, dengan tingkat keberhasilan masing-masing 93%, 99%, dan 87%.
Menangani polusi plastik atau limbah-limbah lain dan polusi apa pun itu dapat menggunakan prinsip 5R yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, dan Research. Reduce atau mengurangi limbah dari sumber utamanya yaitu penggunaan bahan plastik. Menurut Nurul cukup sulit melepaskan diri dari plastik sekaligus. Namun hal mudah yang bisa dilakukan adalah mulai mencari alternatif material lain yang sesuai dengan kebutuhan untuk menggantikan (replace) plastik, seperti tas belanja berbahan kain, mengganti pembungkus sayuran dan bumbu dapur dengan kertas bekas, dsb.
Reuse atau menggunakan kembali. Jadi kalau pun terpaksa harus menggunakan plastik, gunakanlah kemasan plastik yang dapat digunakan kembali. Upaya reuse atau upcycle lainnya adalah mengolah limbah plastic menjadi sesuatu yang bernilai guna, bahkan dapat dijual. Contohnya seperti botol plastik bekas minuman dapat dibuat menjadi tempat pensil, pot tanaman, celengan dan sebagainya sesuai kreativitas dan kebutuhan kita.
Kedua unsur R tersebut di atas telah diterapkan dalam program KKN (Kuliah Kerja Nyata) oleh tim mahasiswa gabungan dari berbagai fakultas di UMJ, antara lain dengan mengedukasi masyarakat untuk mengganti plastik dengan anyaman bambu dan melatih pengolahan limbah plastik menjadi ecobrick dan bahan bakar.
Recycle atau daur ulang di mana sampah plastik dipilah dan disetor ke bank sampah untuk didaur ulang menjadi produk plastik di industri terkait.
Recovery atau memperoleh kembali. Sering kali bahan plastik bercampur dengan bahan lain dalam satu produk atau kemasan. Maka komponen plastik perlu dipisahkan untuk dipakai kembali atau didaur ulang.
Research atau penelitian untuk mengatasi polusi plastik, seperti yang telah dilakukan di FT-UMJ dan lembaga penelitian lainnya, termasuk antara lain penguraian limbah plastik oleh mikro organisme atau serangga.
Plastik memang bahan yang sangat murah dan mudah dibentuk menjadi berbagai macam jenis barang, tapi banyak pula bahan yang lebih ramah lingkungan. Nurul menegaskan semua usaha mengatasi polusi plastik bisa dilakukan jika ada rasa peduli dan kemauan dalam diri manusia.
Tak hanya lingkungan, dampak sampah plastik juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Hal ini perlu diperhatikan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan plastik di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan cara tepat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan sampah plastik.
Bahan plastik dapat dengan mudah ditemukan di berbagai produk, mulai dari kemasan makanan dan minuman, kantong belanja, hingga peralatan rumah tangga. Ketika tidak lagi digunakan, produk dari bahan plastik tersebut bisa menumpuk dan menjadi sampah di mana-mana.
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan plastik dan limbah plastik kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan, ada riset yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jenis sampah lainnya, proses penguraian sampah plastik memakan proses yang jauh lebih lama karena memerlukan bantuan radiasi sinar UV. Bahkan, penguraian sampah plastik bisa memakan waktu hingga 20–500 tahun lamanya.
Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menekan dampak sampah plastik yang dapat terjadi.
Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan
Sampah plastik yang dibuang sembarangan berpotensi merusak dan mencemari lingkungan. Limbah plastik juga termasuk dalam sumber polusi lingkungan terbesar di seluruh dunia.
Apabila dibiarkan begitu saja, dampak sampah plastik bisa berbahaya bagi ekosistem dan kelangsungan hidup di Bumi. Berikut ini adalah beberapa dampaknya:
Sampah plastik, baik yang bentuknya masih utuh atau sudah hancur menjadi partikel kecil, bisa mengakibatkan pencemaran air.
Hal ini dapat terjadi karena plastik membawa zat kimia, seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida, yang dapat mengontaminasi air serta meracuni dan merusak habitat makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.
Ketika dikonsumsi oleh hewan laut, racun ini juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia bila sampai hewan laut tersebut diolah dan dikonsumsi.
Dampak sampah plastik selanjutnya adalah pencemaran tanah. Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia hasil dari proses penguraian plastik dapat masuk ke dalam lapisan tanah serta menempel pada tumbuhan yang tertanam di dalamnya, seperti sayuran dan buah-buahan.
Bila sayuran dan buah tersebut dikonsumsi oleh manusia, risiko terjadinya berbagai jenis penyakit pun dapat meningkat. Kontaminasi sampah plastik ini juga bisa membuat kondisi tanah menjadi tidak subur.
Proses pembakaran sampah plastik yang dilakukan secara terbuka bisa mengakibatkan terjadinya polusi udara. Hal itu disebabkan oleh adanya partikel mikroplastik, logam berat seperti kadmium dan timbal, serta bifenil poliklorinasi yang terlepas dan mencemari udara.
Selain berbagai polusi di atas, masalah sampah plastik juga kerap memperparah pemanasan global dan perubahan iklim di seluruh dunia.